Kamis, 13 Agustus 2009

Apa Benar Tokek Bisa Sembuhkan AIDS?

Maraknya penangkapan terhadap satwa tokek belakangan ini, selain karena harganya yang cukup menggiurkan ternyata tokek ini mempunyai kasiat menyembuhkan virus HIV/AIDS. Benarkah?

Rumor itulah yang membuat masyarakat indonesia melakukan perburuan terhadap satwa perayap dan bermata belok ini. Menurut penuturan konon lidah tokek inilah yang bisa mengobati virus mematikan HIV/AIDS.

“Yang berfungsi bisa mengobati AIDS pada tokek ini adalah terletak pada lidahnya. Namun itupun berat tokeknya harus di atas 3 ons dan masih keadaan hidup. Namun bagaimana caranya mengemasnya menjadi obat AIDS ini adalah pada penampung dan peramunya. Tokek ini di ekspor ke Thailand , China dan negara asia lainnya. Mereka inilah yang mengolah menjadi obat.

Inilah kadang yang membuat masyarakat indonesia mulai yakin kalau harga tokek bisa mencapai miliaran rupiah dan kemudian mereka beramai-ramai melakukan penangkapan.

Sementara itu menurut beberapa dokter yang sering menangani kasus virus HIV/AIDS mengatakan sejauh ini dari beberapa riset dan percobaan belum ada satupun obat yang mampu menyembuhkan virus AIDS.

Sebab katanya, yang namanya virus itu tidak bisa disembuhkan. Namun kalau untuk mempertahankan daya tubuh jika sudah terjangkit HIV/AIDS itu baru ada yakni Anti Retroviral (ARV) yang harganya cukup mahal.

“Data WHO sejauh ini memang belum ditemukan obat untuk mengobati AIDS. Namun jika tokek itu terbukti bisa mengobatinya ya Alhamdulillah berati Indonesia bisa menjadi produsen obat seperti yang dikatakan presiden SBY belum lama ini,”

FOSIL TOKET DITEMUKAN

Gambar digital fosil amber yang ditemukan oleh para peneliti OSU, memuat kaki dan separuh ekor. (Credit: Image courtesy of OSU) ScienceDaily (Sep. 3, 2008) — ilmuan dari Oregon State University dan Natural History Museum di London telah mengumumkan penemuan fosil tokek tertua, dengan bagian tubuh yang lestari selamanya dalam bentuk seperti masih hidup setelah 100 juta tahun terjebak dalam amber. Karena daya jaga yang sangat kuat dari amber, kaki kecil dari kadal purba ini masih menunjukkan lamellae kecil atau rambut jari lengket, yang pada masa kini memberi tokek modern kemampuan anehnya untuk memanjat permukaan atau berlari di langit-langit. Program peneliti di dunia telah mencoba meniru kemampuan adesif dahsyat dengan keberhasilan yang terbatas. Masa kekuasaan tokek ini telah berakhir, dengan hanya kaki, jari dan sebagian ekornya yang tertinggal dalam batu. Sisanya mungkin telah menjadi makan siang dinosaurus kecil atau predator lain pada pertarungan purba di rimba tropis Myanmar pada periode Kapur bawah, dari 97 juta hingga 110 juta tahun lalu. Penemuan ini paling tidak 40 juta tahun lebih tua dari fosil tokek tertua yang diketahui, menambah cahaya baru pada evolusi dan sejarah tokek purba ini yang tersebar di kaki dinosaurus raksasa dan tetap bertahan di daerah tropis dan sub tropis di dunia. Penemuan ini diterbitkan di Zootaxa, sebuah jurnal profesional “bantal jari aneh dan kemampuan memanjatlah dari beberapa tokek membuat mereka menjadi kelompok hewan yang begitu menarik, sehingga kita sangat beruntung menemukan kakinya dalam spesimen fosil ini” kata George Poinar, Jr., professor di OSU dan salah seorang ahli serangga, tanaman dan bentuk kehidupan lain yang terjebak dalam amber, batu setengah mulia yang berawal sebagai getah pohon. “Ada masyarakat tokek, klub tokek, banyak minat pada hewan ini karena karakter anehnya,” kata Poinar. “Jadi ada banyak orang senang dengan penemuan ini.” Berdasarkan pada jumlah lamellae yang ditemukan di bantal jarinya, tokek ini mugkin masih sangat kecil dan akan menjadi dewasa yang ukurannya sekitar satu kaki, kata peneliti. Tokek modern berukuran tidak lebih dari 40 cm walau mungkin ada spesies lebih besar jutaan tahun lalu. Tokek kecil yang ditemukan dalam fosil ini panjangnya kurang dari satu inci saat mati – mungkin dimakan atau diserang, karena hanya sisa tubuhnya yang ditemukan. Penemuan ini telah diumumkan sebagai genus baru dan spesies tokek, kini punah, dan telah dinamakan Cretaceogekko. Ia memiliki pola bergaris yang mungkin menjadi kamuflase. Ada lebih dari 1200 spesies tokek di dunia saat ini, umum di daerah hangat dan tropis, termasuk Amerika Serikat selatan. Mereka sering dijadikan peliharaan, dan sering diterima di rumah penghuni tropis karena mereka dapat mengendalikan serangga. Beberapa jenis sangat berwarna. Mereka memakai lidah yang panjang untuk menjilat, membersihkan dan melembabkan mata mereka. “Tokek adalah teritorial, dan saat saya tinggal di Afrika di awal 1980an, kami sering menemukannya di rumah,” kata Poinar. “Mereka sangat bersahabat dan tidak menganggu manusia. Beberapa individu akan pindah ke rumah, kami memberinya nama, dan mereka akan berlari di rumah, menangkap nyamuk, membantu mengendalikan serangga. Mereka akan merayap di langit-langit dan melihat anda di bawah.” Studi baru menyediakan bukti kalau tokek berasal dari Asia 100 juta tahun lalu, dan telah mengevolusikan struktur kakinya seiring waktu. Fosil amber yang digali di lembah Hukawng di Myanmar, dan pada hidupnya tokek ini mungkin hidup di hutan rimba tropis yang lembab dengan kesempatan untuk memanjat. Kemampuan tokek berjalan di dinding vertikal atau bahkan terbalik adalah karena ribuan setae di jari mereka, struktur mirip rambut yang sangat kecil yang memiliki ujung yang menempel ke permukaan dengan gaya van der Walls. Ini adalah tipe adesi kering yang sangat kuat yang tidak dimiliki kelompok hewan manapun. Tidak diketahui dengan pasti berapa usia kelompok hewan ini, dan kapan mereka mengevolusikan bantal jari adesif mereka. Walau begitu, studi terbaru menjelaskan kalau kemampuan ini telah ada 100 juta tahun lalu, di alam. Program riset modern masih belum mampu menduplikasinya. Ilmuan di University of California at Berkeley melaporkan pada awal tahun ini kalau mereka telah mengembangkan adesif anti geser baru yang mereka katakan adalah bahan buatan manusia namun meniru kemampuan tokek – mereka pikir ini akan membantu robot mendaki dinding. Satu tim riset dari Massachusetts Institute of Technology tahun ini membuat sebuah perban adesif anti air yang di insiprasi oleh tokek, yang suatu hari akan dipakai dalam perbedahan. Dan tentu saja, tokek telah menjadi ikon iklan untuk perusahaan asuransi Geico. Studi ini adalah satu dari banyak studi yang dilakukan Poinar dan koleganya dalam mempelajari bentuk kehidupan purba dalam amber dan mencari informasi ekologi ekosistem purba. Saat batu mulai terbentuk sebagai getah dari pohon, amber dapat menjebak serangga kecil atau bentuk kehidupan lainnya dan menjaganya dalam detil hampir sempurna untuk pengamatan jutaan tahun selanjutnya.